MAKALAH AKUNTANSI BIAYA : Variable Costing Metode Harga Pokok Proses
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Metode
Harga Pokok Proses yang merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang
digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya secara massa. Di dalam metode
ini, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu
tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total
biaya produksi dalam proses tertentu, selama periode tertentu dengan jumlah
satuan produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang
bersangkutan.
Melalui
makalah ini akan diuraikan metode harga pokok proses yang sederhana, yaitu yang
diterapkan dalam perusahaan yang mengolah produknya melalui satu departemen
produksi dan dalam perusahaan yang mengolah produknya melalui lebih dari satu
departemen produksi. Dan diuraikan pula pengaruh adanya produk yang hilang
dalam proses terhadap perhitungan harga pokok produksi per satuan dalam
departemen yang bersangkutan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian dari Variable Costing?
2. Apakah Pengertian Harga Pokok Proses?
3. Bagaimana Karakteristik Metode Harga Pokok
Proses?
4. Apakah Manfaat Informasi Metode Harga Pokok
Proses?
5. Bagaimana Sistem Pembebanan pada Metode
Harga Pokok Proses?
6. Bagaimana Prosedur Akuntansi Biaya Metode
Harga Pokok Proses?
7. Bagaimana Penggolongan Proses Produksi pada
Perusahaan Manufaktur?
8. Apa saja media yang dibutuhkan?
9. Apa saja Variasi Penggunaan Metode Harga
pokok Proses?
10. Seperti Apa Gambaran Variasi Penggunaan
Metode Harga pokok Proses?
C. Tujuan
1. Memahami Pengertian dari Variable Costing
2. Memahami Pengertian Harga Pokok Proses
3. Mengetahui Karakteristik Metode Harga Pokok
Proses
4. Mencermati Manfaat Informasi Metode Harga
Pokok Proses
5. Mengerti Sistem Pembebanan pada Metode
Harga Pokok Proses
6. Mengetahui Prosedur Akuntansi Biaya Metode
Harga Pokok Proses
7. Memahami Bagaimana Penggolongan Proses
Produksi pada Perusahaan Manufaktur
8. Mengerti Media yang Dibutuhkan dalam
menghitung atau menentukan harga pokok produk
9. Mengetahui Variasi Penggunaan Metode Harga
pokok Proses?
10. Mengetahui dan memahami Gambaran Variasi
Penggunaan Metode Harga pokok Proses
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Variable Costing
Variabel
costing (direct costing) merupakan salah satu metode penentuan kos produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam kos produksi,
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Dengan
demikian kos produksi menurut metode variabel
costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini:
Biaya bahan baku xx
Biaya
tenaga kerja langsung xx
Biaya overhead pabrik variabel xx
Harga pokok
produksi xx
B.
Pengertian
Metode Harga Pokok Proses
Menurut Mulyadi (2005:63), yaitu sebagai
berikut: “Metode harga pokok proses merupakan metode pengumpulan biaya produksi
yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya secara massa”.
Sedangkan pengertian metode harga pokok proses
menurut Mardiasmo (1994:90) adalah: “Metode harga pokok proses merupakan metode
pengumpulan biaya produksi melalui departemen produksi atau pusat
pertanggungjawaban biaya yang umumnya diterapkan pada perusahaan yang
menghasilkan produk secara massa”.
Metode harga pokok proses merupakan suatu
metode yang digunakan oleh perusahaan yang produksi produknya secara
terus-menerus atau dengan produk secara massa untuk memenuhi persediaan.
Pengumpulan biaya berdasarkan metode harga pokok proses mempunyai ciri sebagai
berikut:
1.
Biaya-biaya dibebankan pada perkiraan barang
dalam proses pada tiap departemen;
2.
Suatu laporan harga pokok produksi digunakan
untuk mengumpulkan, mengikhtisarkan,dan menghitung harga pokok per unit dan
harga pokok total. Harga pokok produk per unit diperoleh dengan cara membagi
jumlah harga pokok yang dibebankan pada sebuah departemen dengan jumlah produk
departemen tersebut pada suatu periode tertentu;
3.
Barang dalam proses pada akhir periode akan
dinilai kembali dalam satuan ekuivalen
4.
Harga pokok produk dari unit yang telah
diselesaikan pada sebuah departemen akan ditransfer ke departemen berikutnya
dengan maksud pada akhirnya akan diperoleh harga pokok total untuk barang hadi
selama satu periode dan harga pokok dibebankan pada barang dalam proses.
C.
Karakteristik
Metode Harga Pokok Proses
Metode pengumpulan biaya produksi ditentukan
oleh karakteristik proses produk perusahaan. Dalam perusahaan yang berproduksi
massa, karakteristik produksinya menurut Mulyadi (2005:63), adalah sebagai
berikut:
1.
Produk yang dihasilkan merupakan produk standar.
2.
Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan
adalah sama.
3.
Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya
perintah produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka
waktu tertentu.
D.
Manfaat
Informasi Harga Pokok Proses
Informasi
harga pokok produksi yang dihasilkan bermanfaat untuk:
1.
Menentukan
harga jual produk.
2.
Memantau
realisasi biaya produksi.
3.
Menghitung laba
atau rugi periodik.
4.
Menentukan
harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam
neraca.
E.
Sistem Pembebanan Biaya pada Metode Harga Pokok
Proses
Dihubungkan
dengan pembebanan harga pokok kepada produk, metode harga pokok proses
dapat menggunakan sistem:
1. Semua elemen biaya dibebankan berdasar biaya
sesungguhnya (historical cost system). Pada sistem ini, produk
yang diolah dibebani biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja, dan biaya overhead
pabrik yang sesungguhnya dinikmati oleh produk yang bersangkutan.
2. Elemen biaya tertentu yaitu biaya overhead pabrik, dibebankan berdasar
tarif atau biaya yang ditentukan di muka. Sistem ini dipakai apabila
kondisi-kondisi yang ada di dalam perusahaan mengharuskan dipakainya tarif
biaya overhead pabrik dengan tujuan
untuk membebankan biaya secara adil dan teliti.
Kondisi tersebut adalah:
a. Perusahaan menghasilkan beberapa jenis produk.
b. Produksi perusahaan tidak stabil dari waktu ke
waktu.
c. Elemen biaya overhead tetap jumlahnya relatif tinggi.
3. Semua elemen biaya dibebankan pada produk atas
dasar harga pokok yang ditentukan di muka. Pada sistem ini dalam penentuan harga
pokok produk semua elemen biaya baik bahan, tenaga kerja, maupun overhead pabrik dibebankan berdasar
harga pokok yang ditentukan di muka.
F.
Prosedur Akuntansi Biaya Pada Harga
Pokok Proses
Prosedur
Akuntansi untuk biaya bahan baku
1. Pencatatan
pembelian bahan baku
Persediaan bahan baku xxx
Utang dagang/kas xxx
2. Pecatatan pemakaian
bahan baku
Barang
dalam proses-Biaya bahan baku
xxx
Pemakaian
bahan baku
xxx
Prosedur
Biaya Bahan Penolong
1.
Pencatatan terjadinya gaji dan upah
Gaji dan
upah
xxx
Utang
pajak pendapatan karyawan xxx
Utang
gaji dan upah xxx
2.
Pencatatan biaya tenaga kerja
Barang
dalam proses - biaya tenaga kerja
xxx
Gaji dan upah xxx
3.
Pembayaran biaya tenaga kerja
Utang gaji xxx
Kas xxx
Prosedur
Akuntansi Biaya Overhead pabrik
1. Pencatatan
biaya overhead pabrik sesungguhnya
Biaya overhead pabrik sesungguhnya xxx
Berbagai macam
rekening dikredit xxx
2.
Pencatatan perlakuan selisih biaya overhead pabrik
Selisih
biaya overhead pabrik xxx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya xxx
3. Pecatatan
pembebanan biaya overhead pabrik
Barang
dalam proses-biaya overhead pabrik
xxx
Berbagai
macam rekening dikredit xxx
Prosedur
Akuntansi Biaya Pemasaran Sesungguhnya
Pencatatan biaya pemasaran
Berbagai macam rekening dikredit xxx
Kas xxx
Prosedur
Akuntansi biaya administrasi dan umum sesungguhnya
Pencatatan
biaya admininstrasi dan umum
Berbagai
macam rekening dikredit xxx
Kas xxx
Prosedur
Akuntansi Untuk Produk Jadi
Pencatatan harga pokok produk
jadi
Persediaan Produk jadi
xxx
Barang
dalam proses biaya bahan baku xxx
Barang
dalam proses biaya bahan penolong xxx
Barang dalam
proses biaya tenaga kerja xxx
Barang
dalam proses biaya overhead pabrik xxx
Prosedur
Akuntansi Untuk Persediaan Produk Dalam proses
Pencatatan harga pokok
persediaan yang belum selesai diolah
Persediaan produk dalam proses xxx
Barang
dalam proses-biaya bahan baku xxx
Barang
dalam proses-biaya tenaga kerja xxx
Barang
dalam proses-biaya overhead pabrik xxx
G.
Penggolongan Proses Produksi pada Perusahaan
Manufaktur
Pada perusahaan manufaktur proses produksinya
dapat digolongkan atas dasar jenis produk yang dihasilkan dan tahapan-tahapan
di dalam mengolah produk, sebagai berikut:
1. Perusahaan
yang menghasilkan satu jenis produk
Atas
dasar tahapan-tahapan di dalam mengelola produk pada perusahaan yang
menghasilkan satu jenis produk dapat dikelompokkan menjadi:
a. Pengolahan produk hanya melalui satu tahapan
pengolahan.
b. Pengolahan produk melalui beberapa tahapan
pengolahan.
2. Perusahaan
yang menghasilkan beberapa jenis produk
Atas
dasar tahapan-tahapan di dalam mengelola produk pada perusahaan yang menghasilkan
beberapa jenis produk dapat dikelompokkan menjadi:
a. Pengolahan produk hanya melalui satu tahapan
pengolahan.
b. Pengolahan produk melalui beberapa tahapan
pengolahan.
Atas dasar hubungan antara jenis produk yang
satu dengan yang lain, produk yang dihasilkan dapat digolongkan ke dalam produk
bersama, ko-produk, produk utama, dan produk sampingan.
H.
Media yang
dipakai dalam menghitung atau menentukan harga pokok produk
Media yang
dipakai adalah Laporan Harga Pokok Produksi yang memuat informasi sebagai
berikut:
1. Laporan
produksi
a.
Informasi jumlah produk yang diolah, baik dari
produk dalam proses awal, produk yang baru dimasukkan atau diterima dari
departemen sebelumnya, maupun tambahan produk pada departemen lanjutan akibat
adanya tambahan bahan kalau ada.
b.
Informasi jejak produk yang diolah, meliputi
produk selesai yang dimasukkan ke gudang atau dipindahkan ke departemen
lanjutan, produk yang masih dalam proses akhir, produk hilang, produk rusak,
produk cacat kalau ada.
2. Biaya
yang dibebankan
a.
Jumlah biaya yang dibebankan.
b.
Tingkat produksi ekuivalen yang dihitung dari
laporan produksi.
c.
Harga pokok satuan untuk setiap elemen biaya
yang dibebankan pada
tahap pengolahan produk atau departemen yang
bersangkutan.
3. Perhitungan
harga pokok
Bagian laporan ini memberikan informasi tentang
jejak biaya yang dibebankan, menunjukkan berapa biaya yang diserap oleh harga
pokok produk selesai maupun produk dalam proses pada akhir periode dan
sebagainya.
I.
Variasi Penggunaan Metode Harga Pokok Proses
Untuk
memberikan gambaran awal penggunaan metode harga pokok proses dalam proses
pengumpulan biaya produksi, variasi contoh penggunaan metode harga pokok proses
yang diuraikan ini mencakup:
1.
Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam
perusahaan yang produknya diolah hanya melalui satu departemen produksi.
2.
Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam
perusahaan yang produknya diolah melalui lebih dari satu departemen produksi. Apabila produk yang diolah melalui lebih dari satu departemen
produksi dimana perhitungan harga pokok produksi per satuan produk yang
dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama merupakan perhitungan
yangbersifat kumulatif dengan demikian harga pokok produksi yang dihasilkan
oleh departemen setelah departemen pertama terdiri dari:
a.
Harga pokok produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya;
b.
Harga pokok produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah
setelah departemen pertama
3.
Pengaruh terjadinya produk yang hilang dalam
proses terhadap perhitungan harga pokok produksi persatuan dengan anggapan:
a.
Produk hilang pada awal proses.
Produk yang hilang pada awal proses dianggap
belum ikut menyerap harga produksi yang dikeluarkan dalam departemen yang
bersangkutan sehingga tidak diikutsertakan dalam perhitungan unit ekuilvalen.
Dalam departemen produksi pertama, produk yang hilang pada awal proses akan
berdampak pada naiknya harga pokok produksi perusahaan yaitu:
§ Menaikan harga
pokok produksi per satuan produk yang diterima dari departemen sebelumnya;
§ Menaikan harga
pokok produksi per satuan yang ditambahkan dalam departemen produksi setelah
departemen produksi pertama.
b.
Produk hilang pada akhir proses.
Produk yang hilang pada akhir proses dianggap
sudah menyerap biaya yang sudah di keluarkan dalam departemen yang bersangkutan
sehingga harus diperhitungkan dalam pencatatan unit ekuivalen. Harga pokok
produksi akibat dari adanya produk yang hilang pada akhir proses harus tetap dihitung
dan harga pokok ini diperlakukan sebagai tambahan harga pokok produk selesai
yang ditransfer ke departemen produksi berikutnya. Dan hal tersebut akan
berakibat pada harga pokok per satuan produk selesai yang ditransfer ke
departemen berikutnya akan menjadi lebih tinggi.
J.
Contoh Variasi Penggunaan Metode Harga Pokok Proses
1. Metode Harga Pokok Proses - Produk Diolah Melalui Satu Departemen Produksi
Contoh 1.
PT Risa Rimendi mengolah
produknya secara massa melalui satu departemen produksi. Jumlah biaya yang
dikeluarkan selama bulan Januari 19x1 disajikan dalam gambar 3.1
Biaya bahan baku
Biaya bahan penolong
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead pabrik
|
Rp 5.000.000
Rp 7.500.000
Rp 11.250.000
Rp 16.125.000
|
Total biaya produksi
|
Rp 39.875.000
|
Jumlah produk yang
dihasilkan selama bulan tersebut adalah :
Produk jadi
Produk dalam proses pada
akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian sebagai berikut: Biaya bahan baku :
100 %;biaya bahan penolong 100 %, biaya tenaga kerja 50 %; biaya
overhead pabrik 30 %.
|
2.000 kg
500 kg
|
Data produksi PT Risa Rimendi Bulan Januari 19x1
Masuk ke dalam proses:
2.500 kg
|
Produk jadi : 2000 kg
Produk dalam proses
akhir 500 kg
|
Perhitungan harga pokok produksi per satuan
Unsure biaya produksi
|
Total biaya
|
Unit ekuivalensi
|
Biaya produksi per satuan
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(2);(3)
|
Bahan baku
Bahan penolong
Tenaga kerja
Overhead pabrik
|
Rp 5.000.000
Rp 7.500.000
Rp 11.250.000
Rp 16.125.000
39.875.000
|
2.500
2.500
2.250
2.150
|
Rp 2.000
3.000
5.000
7.500
17.500
|
Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk
dalam proses
Harga pokok produk jadi
: 2.000 x Rp 17.500
|
Rp 35.000.000
|
Harga pokok persediaan
produk dalam proses
Biaya bahan baku : 100 %
x 500 x Rp 2.000 = Rp 1.000.000
Biaya bahan penolong 100
% x 500 x Rp 3.000= Rp 1.500.000
Biaya tenaga kerja 50 %
x 500 x Rp 5.000= Rp 1.250.000
Biaya overhead pabrik 30
% x 500 x rp 7.500= Rp 1.125.000
|
Rp 4.875.000
|
Jumlah biaya produksi
bulan januari 19x1
|
Rp 39.875.000
|
Jurnal pencatatan biaya produksi
jurnal untuk mencatat biaya bahan baku ;
Barang dalam proses- biaya bahan baku Rp 5.000.000
Persediaan bahan baku Rp 5.000.000
Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong
Barang dalam proses- biaya bahan penolong Rp 7.500.000
Persediaan bahan penolong Rp 7.500.000
Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja
Barang dalam proses- biaya tenaga
kerja Rp 11.250.000
Gaji dan upah Rp 11.250.000
JurnaL untuk mencatat biaya overhead pabrik
Barang dalam proses- biaya overhead pabrik Rp 16.125.000
Berbagai rekening yang dikredit Rp 16.125.000
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang
ditransfer ke gudang
Persediaan produk jadi Rp 35.000.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku Rp 4.000.000
Barang dalam proses- biaya bahan penolong Rp 6.000.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja Rp 10.000.000
Barang dalam proses- biaya overhead pabrik Rp 15.000.000
Jurnal mencatat harga pokok persediaan produk dalam
proses yang belum selesai dioleh pada akhir bulan januari 19 x1
Persediaan produk dalam proses Rp 4.875.000
Barang dalam proses – biaya bahan baku Rp 1.000.000
Barang dalam proses – biaya bahan penolong Rp 1.500.000
Barang dalam proses- Biaya tenaga kerja Rp 1.250.000
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp 1.125.000
2. Metode Harga Pokok Proses –Produk Diolah Melalui
Lebih Dari Satu Departemen Produksi
Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh
departemen setelah departemen pertama adalah merupakan perhitungan yang
bersifat kumulatif. Karena produk yang dihasilkan oleh departemen setelah
departemen pertama telah merupakan produk jadi dari departemen sebelumnya, yang
membawa biaya produksi dari departemen produksi sebelumnyua tersebut, maka
harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama
terdiri dari:
a. biaya produksi yang
dibawa dari departemen sebelumnya
b. biaya produksi yang
ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama
Contoh2:
PT eliona sari memiliki
2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen A dan Departemen
B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan
Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :
Data produksi Bulan
Januari 19x1
Jenis Biaya
|
Departemen A
|
Departemen B
|
Produk
yang dimasukkan dalam proses
|
35.000 kg
|
|
Produk
selesai yang ditransfer ke Departemen B
|
30.000 kg
|
|
Produk
selesai yang ditransfer ke gudang
|
24.000 kg
|
|
Produk
dalam proses akhir bulan
|
5.000 kg
|
6.000 kg
|
Biaya yang
dikeluarkan bulan Januari 19x1
Biaya
bahan baku
Biaya
tenaga kerja
Biaya
overhead pabrik
|
Rp 70.000
Rp 155.000
Rp 248.000
|
Rp 0
Rp 270.000
Rp 405.000
|
Tingkat
penyelesaian produk dalam produk proses akhir
Biaya
bahan baku
Biaya
konversi
|
100%
20%
|
50%
|
Perhitungan harga pokok
produksi per satuan departemen A
Unsur biaya produksi
|
Total biaya
|
Unit ekuivalensi
|
Biaya produksi per kg
|
Bahan baku
Tenaga kerja
Overbead pabrik
|
Rp 70.000
155.000
248.000
|
35.000
31.000
31.000
|
Rp 2
5
8
|
Total
|
Rp 173.000
|
Rp 15
|
Perhitungan harga pokok
produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep A
Harga pokok produk jadi : 30.000 x Rp 15
|
Rp 450.000
|
Harga pokok persediaan produk dalam proses
Biaya bahan baku : 100 % x 5.000 x Rp 2 = Rp 10.000
Biaya tenaga kerja 20 % x 5.000 x Rp 5 = Rp5.000
Biaya overhead pabrik 20 % x 5.000 x Rp 8= Rp 8.000
|
Rp 23.000
|
Jumlah biaya produksi Departemen A bulan januari 19x1
|
Rp 473.000
|
Jurnal pencatatan biaya produksi departemen A
Jurnal untuk mencatat
biaya bahan baku :
Barang dalam proses-biaya bahan baku departemen A Rp 70.000
Persediaan bahan baku Rp
70.000
Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja :
Barang dalam proses- biaya tenaga kerja departemen A Rp 155.000
Gaji dan upah Rp
155.000
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik departemen A
Barang dalam proses- biaya overhead pabrik departemen A Rp 248.000
Berbagai rekening yang di
kredit Rp
248.000
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh
departemen A ke departemen B:
Barang dalam proses – biaya bahan baku departemen B Rp 450.000
Barang dalam proses- biaya
bahan baku departemen A Rp 60.000
Barang dalam proses-biaya
tenaga kerja departemen A Rp 150.000
Barang dalam proses-biaya
overhead pabrik departemen A Rp
240.000
Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses
yang belum selesai diolah dalam department A pada akhir bulan
januari 19x1
Persediaan produk dalam proses-departemen A Rp
23.000
Barang dalam proses- biaya
bahan baku departemen A Rp 10.000
Barang dalam proses-biaya
tenaga kerja departemen A Rp 5.000
Barang dalam proses-biaya
overhead pabrik departemen A Rp 8.000
Perhitungan harga pokok
produksi per satuan departemen B
Unsur biaya produksi
|
Total biaya
|
Unit ekuivalensi
|
Biaya produksi per kg
|
Tenaga kerja
Overbead pabrik
|
270.000
405.000
|
27.000
27.000
|
10
15
|
Total
|
Rp 675.000
|
Rp 25
|
Perhitungan harga pokok
produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep B
Harga pokok produk selesai yang di transfer departemen B ke gudang
Harga pokok dari departemen A : 24.000 x Rp 15
Biaya yang ditambahkan oleh departemen B : 24.000x Rp 25
|
Rp 360.000
600.000
|
Total harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
24.000 x Rp 40
|
960.000
|
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
Harga pokok dari departemen A : 6.000 x Rp 15
Biaya yang ditambahkan oleh departemen B:
Biaya tenaga kerja 50 % x 6.000 x Rp 10 = Rp30.000
Biaya overhead pabrik 50 % x 6.000 x Rp 15= Rp 45.000
|
90.000
Rp 75.000
|
Total harga pokok persediaan produk dalam proses departemen B
|
165.000
|
Jumlah biaya produksi kumulatif Departemen B bulan januari 19x1
|
Rp 1.125.000
|
jurnal pencatatan biaya produksi departemen B
Jurnal untuk mencatat penerimaan produk dari departemen A: :
Barang dalam proses – biaya bahan baku departemen B Rp 450.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Rp 60.000
Barang dalam proses-biaya
tenaga kerja departemen A Rp 150.000
Barang dalam proses-biaya
overhead pabrik departemen A Rp
240.000
Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja :
Barang dalam proses- biaya tenaga kerja departemen B Rp 270.000
Gaji dan upah Rp
270.000
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik departemen B
Barang dalam proses- biaya overhead pabrik departemen B Rp 405.000
Berbagai rekening yang di
kredit Rp
405.000
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh
departemen B ke gudang
Persediaan produk jadi Rp
960.000
Barang dalam proses- biaya
bahan baku departemen B Rp
360.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen B Rp 240.000
Barang dalam proses-biaya
overhead pabrik departemen B Rp
360.000
Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses
yang belum selesai diolah dalam department A pada akhir bulan
januari 19x1
Persediaan produk dalam proses-departemen B Rp
165.000
Barang dalam proses- biaya
bahan baku departemen B Rp
90.000
Barang dalam proses-biaya
tenaga kerja departemen B Rp
30.000
Barang dalam proses-biaya
overhead pabrik departemen B Rp
45.000
3. Pengaruh Terjadinya
Produk Yang Hilang Dalam Proses Terhadap Perhitungan Harga Pokok Produk Per
Satuan
Pengaruh terjadinya
produk yang hilang pada awal proses terhadap perhitungan harga pokok produksi
per satuan
Contoh3:
PT eliona sari memiliki
2 departemen produksi untk menghasilkna produknya Departemen A dan Departemen
B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan
Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :
Data produksi Bulan
Januari 19x1
Jenis
Biaya
|
Departemen A
|
Departemen B
|
Produk
yang dimasukkan dalam proses
|
1.000 kg
|
|
Produk
selesai yang ditransfer ke Departemen B
|
700 kg
|
|
Produk
selesai yang ditransfer ke gudang
|
400 kg
|
|
Produk
dalam proses akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian sebagai berikut :
Biaya
bahan baku & penolong 100 % biaya konversi 40 %
Biaya
bahan penolong 60 %, biaya konversi 50 %
|
200 kg
|
100 kg
|
Produk
yang hilang pada awal proses
|
100 kg
|
200 kg
|
Biaya produksi Bulan
Januari 19 x1
Jenis
Biaya
|
Departemen A
|
Departemen B
|
Biaya
bahan baku
|
Rp 22.500
|
Rp -
|
Biaya
bahan penolong
|
26.100
|
16.100
|
Biaya
tenaga kerja
|
35.100
|
22.500
|
Biaya
overhead pabrik
|
45.800
|
24.750
|
Perhitungan biaya
produksi per unit departemen A bulan januari 19 x1
Jenis
biaya
|
Jumlah
produk yang dihasilkan oleh departemn A ( unit ekuivalensi)
|
Biaya
produksi Departemen A
|
Biaya per
kg produk yang dihasilkan oleh departemen A
|
Biaya
bahan baku
|
700 kg +
100 % x 200 kg = 900 kg
|
Rp 22.500
|
Rp 25
|
Biaya
bahan penolong
|
700 kg +
100 % x 200 kg = 900 kg
|
26.100
|
29
|
Biaya
tenaga kerja
|
700 +
40%x200kg=780kg
|
35.100
|
45
|
Biaya
overhead pabrik
|
700 +
40%x200kg=780kg
|
46.800
|
60
|
Rp 130.500
|
Rp 159
|
Perhitungan biaya
produksi Departemen A bulan Januari 19x1
Harga
pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 700 x Rp 159
|
Rp 111.300
|
Harga
pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200 Kg)
Biaya
bahan baku 200 kg x 100
% x Rp 25 = 5.000
Biaya
bahan penolong 200 kg x 100 % x Rp 29 = 5.800
Biaya
tenaga kerja 200 kg x 40 %x Rp 45=
3.600
Biaya
overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 60= 4.800
|
Rp 19.200
|
Jumlah
biaya produksi Departemen A
|
Rp 130.500
|
Produk yang hilang pada
awal proses di Departemen setelah departemen pertama
Perhitungan penyesuaian
harga pokok per unit dari departemen A
Harga
pokok produksi per satuan produk yang berasal dari departemen A
Rp 111.300
: 700
|
Rp 159,00
|
Harga
pokok produksi per satuan produk yang berasal dari departemen A setelah
adanya produk yang hilang dalam proses di Departemen B sebanyak 200 kg adalah
Rp 111.300 : ( 700 kg-200 kg)
|
Rp 222.60
|
Penyesuaian
harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Departemen A
|
Rp 63.60
|
Perhitungan biaya
produksi per unit Departemen B bulan januari 19 x1
Jenis
biaya
|
Jumlah
produk yang dihasilkan oleh departemen B ( unit ekuivalensi)
|
Jumlah
biaya produksi yang ditambahkan di departemen B
|
Biaya per
kg yang ditambahkan Departemen B
|
Biaya
bahan penolong
|
400 kg +
60 % x 100 kg = 460 kg
|
Rp 16.100
|
Rp 35
|
Biaya
tenaga kerja
|
400 kg +
50 %x 100 kg = 450 kg
|
Rp 22.500
|
Rp 50
|
Biaya
overhead pabrik
|
400 kg +
50 %x 100 kg = 450 kg
|
Rp 24.750
|
Rp 55
|
Rp 63.350
|
Rp 140
|
Perhitungan biaya
produksi departemen B bulan Januari 19x1
Harga
pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg @ Rp 362.60
|
Rp 145.040
|
Harga
pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 100 kg):
Harga
pokok dari departemen A : 100 kg x Rp 222.6= Rp 22.260
Biaya
bahan penolong : 100 kg x 60 % x Rp 35 = 2.100
Biaya
tenaga kerja : 100 kg x 50 % x Rp 50 = 2.500
Biaya
overhead pabrik : 100 kg x 50 %x Rp 55 =2.750
|
Rp 29.610
|
Jumlah
kumulatif dalam departemen B
|
Rp 174.650
|
Pengaruh terjadinya
produk yang hilang pada akhir proses terhadap perhitungan harga pokok produksi
per satuan
Contoh:
PT eliona sari memiliki
2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen A dan Departemen
B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan Januari
19 x1 disajikan dalam gambar berikut :
Data produksi Bulan
Januari 19x1
Jenis
Biaya
|
Departemen A
|
Departemen B
|
Produk
yang dimasukkan dalam proses
|
1.000 kg
|
|
Produk
selesai yang ditransfer ke Departemen B
|
700 kg
|
|
Produk
selesai yang ditransfer ke gudang
|
400 kg
|
|
Produk
dalam proses akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian sebagai berikut :
Biaya
bahan baku & penolong 100 % biaya konversi 40 %
Biaya
bahan penolong 60 %, biaya konversi 50 %
|
200 kg
|
100 kg
|
Produk
yang hilang pada akhir proses
|
100 kg
|
200 kg
|
Biaya produksi Bulan
Januari 19 x1
Jenis Biaya
|
Departemen A
|
Departemen B
|
Biaya
bahan baku
|
Rp 22.500
|
Rp -
|
Biaya
bahan penolong
|
26.100
|
16.100
|
Biaya
tenaga kerja
|
35.100
|
22.500
|
Biaya
overhead pabrik
|
45.800
|
24.750
|
Perhitungan biaya
produksi per unit departemen A bulan januari 19 x1
Jenis
biaya
|
Jumlah
produk yang dihasilkan oleh departemn A ( unit ekuivalensi)
|
Biaya
produksi Departemen A
|
Biaya per
kg produk yang dihasilkan oleh departemen A
|
Biaya
bahan baku
|
700 kg +
100 % x 200 kg + 100 kg= 1000 kg
|
Rp 22.500
|
Rp 22.5
|
Biaya
bahan penolong
|
700 kg +
100 % x 200 kg+ 100 kg = 1000 kg
|
26.100
|
26.10
|
Biaya
tenaga kerja
|
700 +
40%x200kg + 100 kg = 880kg
|
35.100
|
39.89
|
Biaya
overhead pabrik
|
700 +
40%x200kg+ 100 kg = 880kg
|
46.800
|
53.18
|
Rp 130.500
|
Rp141.67
|
Perhitungan biaya
produksi Departemen A bulan Januari 19x1
Harga
pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 700 x Rp 141.67
|
Rp 99.169
|
Penyesuaian
harga pokok produk selesai karena adanya produk yang hilang pada akhir proses
100 xRp 141,67
|
14.167,00
|
Harga
pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B setelah disesuaikan :
700 x Rp 161,91
|
113.334,40
|
Harga
pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200 Kg)
Biaya
bahan baku 200 kg x 100
% x Rp 22.5 = 4.500
Biaya
bahan penolong 200 kg x 100 % x Rp 26.1 = 5.220
Biaya
tenaga kerja 200 kg x 40 %x Rp
39.89= 3.191,2
Biaya
overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 53.18= 4.254,4
|
Rp 17.165.60
|
Jumlah
biaya produksi Departemen A
|
Rp 130.500,00
|
Produk yang hilang pada
akhir proses di departemen produksi setelah departemen produksi pertama
Perhitungan biaya
produksi per unit Departemen B bulan januari 19 x1
Jenis
biaya
|
Jumlah
produk yang dihasilkan oleh departemen B (unit ekuivalensi)
|
Jumlah biaya
produksi yang ditambahkan di departemen B
|
Biaya per
kg yang ditambahkan di Departemen B
|
Biaya bahan penolong
|
400 kg + 60 % x 100 kg + 200 kg = 660 kg
|
Rp 16.100
|
Rp 24.39
|
Biaya tenaga kerja
|
400 kg + 50 % x 100 kg + 200 kg = 650 kg
|
Rp 22.500
|
Rp 34.62
|
Biaya overhead pabrik
|
400 kg + 50 % x 100 kg + 200 kg = 650 kg
|
Rp 24.750
|
Rp 38.08
|
Rp 63.350
|
Rp 97.09
|
Perhitungan biaya
produksi Departemen B bulan Januari 19x1
Harga
pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 400 x Rp 161.91
|
Rp 64.764,00
|
Biaya yang
ditambahkan departemen B 400 x Rp 97.09
|
38.836,00
|
Harga
pokok produk yang hilang pada akhir proses : 200 kg ( Rp 161.91+Rp 97.09
|
51.800,00
|
Harga
pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B setelah disesuaikan :
400 x Rp 388.5
|
155.400,00
|
Harga
pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 100 Kg)
Harga
pokok dari departemen A : 100 kg x Rp 161.91 = Rp 16.191,00
Biaya
bahan penolong 100 kg x 60 % x Rp 24.39 = 1.463.3
Biaya
tenaga kerja 100 kg x 50 %x Rp
34.62= 1.731
Biaya
overhead pabrik 100 kg x 50 %x Rp 38.08= 1.904
|
Rp 21.289.40
|
Jumlah
biaya produksi Departemen B
|
Rp 176.689.40
|
BAB III
PENUTUPAN
KESIMPULAN
Metode harga pokok proses adalah metode
pengumpulan biaya produksi melalui departemen produksi atau pusat
pertanggungjawaban biaya, yang umumnya diterapkan pada perusahaan yang
menghasilkan produk atau massa. Metode harga pokok proses biasanya digunakan oleh
perusahaan yang menghasilkan produk yang sama (homogen) dan melalui serangkaian
proses yang sama.
Dalam perusahaan yang memproduksi produknya
secara massa, karakteristik produksinya antara lain adalah produk yang
dihasilkan merupakan produk standar dan sama setiap bulan. Metode pengumpulan
harga pokok proses memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Sifat produksinya terus menerus.
2. Pengumpulan harga pokok produk dilakukan
periodik, biasanya setiap akhir bulan.
3. Perhitungan harga pokok per satuan dilakukan setiap
akhir periode, misalnya setiap akhir bulan.
DAFTAR
PUSTAKA
Referensi Buku:
Cashin, James A. Ralph S. Polimeni. (1981). Cost Accounting. Auckland: McGraw-Hill
International Book Company. International Student Edition.
Mulyadi. (1986). Akuntansi Biaya: Penentuan Harga Pokok Produk dan
Pengendalian Biaya. Edisi 3.
Yogyakarta: BPFE.
R.A.
Supriyono. (1999). Akuntansi Biaya
Buku 1: Pengumpulan
Biaya dan Penentuan Harga Pokok. Edisi 2, Cetakan Ke
XII. Yogyakarta: BPFE.
______________. (1999). Akuntansi Biaya Buku 11: Perencanaan, Pengendalian, serta Pembuatan Keputusan. Edisi 2.
Yogyakarta: BPFE.
Website :
''Jika kau ingin mundur dalam melewati sesuatu, lihat yang telah kau lalui hingga sampai ke saat ini, dan fikirkan kembali'' - An_edya
Komentar
Posting Komentar